Thursday, April 22, 2021

CERITA TENTANG 11 RAMADHAN

Flashback ke 9 Ramadhan 2011. Hari kedua orientasi sebagai mahasiswa baru.

Salah satu materi akan dibawakan oleh tim ESQ. Ketika mendengar ESQ, pikiran yang langsung muncul adalah ‘ah pasti mau ditakut-takutin lagi nih pake cerita orang tua dan bendera kuning.’ ketebak. Tapi karena ini adalah bagian dari orientasi Maba, ya sudah ikuti saja. Sampailah materi mereka pada satu perumpamaan “Laut vs tetesan air”. Begitulah perumpamaan nikmat akhirat dan nikmat dunia. Betapa meruginya mereka yang memilih setetes air tersebut. Begitu katanya.

Jleb. Aku langsung merasa tersindir karena lebih suka setetes air itu. Alih-alih memikirkan bendera kuning di rumah, justru muncul pikiran ‘bagaimana kalau bendera kuningnya ternyata untuk aku?’

Malam itu aku kembali ke kosan. Hampir semua anak kos sedang kembali ke kampung, hanya beberapa Maba yang tersisa. Sepi. Sambil tetap memikirkan perumpamaan itu, aku mencoba memejamkan mata, tapi mata ini langsung terbuka karena takut. Takut jika tidak bisa terbuka lagi. Aku menangis dan berdoa ‘ya Allah, kalau mau ambil nyawa saya, nanti aja ya kalau saya udah pake kerudung, kalau saya sudah tobat, jangan sekarang ya..’. Karena lelah menangis, akhirnya aku baru tertidur sekitar jam 03.00.

10 Ramadhan 2011

Setelah hari terakhir orientasi mahasiswa baru ini selesai, Aku bergegas pulang ke rumah. Pukul 20.00 Aku sampai ke rumah, bersalaman dengan ayah yang saat itu masih mengerjakan pesanan jahitan. Kemudian Aku menghampiri amak dan berkata ‘Mak, besok bangunin pagi ya. Ai mau ke tanah abang beli kerudung’

       ‘Kerudung? Buat siapa?

       ‘Buat Ai’

       ‘Ai mau pake kerudung? Alhamdulillahhh akhirnyaa’ Ibu bersorak karena terlalu senang

11 Ramadhan 2011

Godaan untuk tidur setelah sholat subuh sulit sekali ditolak, hingga Ibu kemudian membangunkan. Aku bergegas ke kamar mandi di kamar ibu (karena kamar mandinya paling nyaman di rumah) ketika pintu kamar mandi dibuka, terlihat ayah di dalam kamar mandi. Segera pintu kututup lagi dan berkata ‘ih ayah kok pintunya gak dikunci’. Setelah berkata demikian, muncul pikiran ‘tardulu… ngapain ayah sujud di kamar mandi’. Segera kubuka lagi pintu kamar mandi dan memanggil 

‘Ayaahhh…Ayahh..ayah ngapain? Ayah..?’ Hening. Tidak ada jawaban.

Maakk….ayah kenapa itu? Aku bersorak memanggil ibu

Ibu yang sedang berada di luar kamar segera menghampiriku ‘Kenapa?’

‘Itu…ayah sujud di kamar mandi..’

Ibu panik. Kakak laki-laki ku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mengangkat ayah

‘Kakinya dingin… ‘ ucap ibu dengan suaranya yang gemetar

‘Gak papa, ini perutnya anget kok, badannya anget. Kita panggil dokter aja.’ Abang coba menenangkan

Kupegang telapak kakinya, dingin. Kupegang betisnya, dingin. Dingin yang perlahan naik dari telapak kaki, betis, hingga ke seluruh badan.

Disitulah aku ingat cerita ustad yusuf mansur tentang proses kematian. Bahwa ketika seseorang diambil nyawanya, proses itu akan dimulai dari kaki, hingga ke kepala. Ketika dingin sudah menjalar sampai ke perut, aku langsung yakin bahwa inilah saat terakhir ayah. Ku talkinkan kalimat syahadat di telinganya berkali-kali. Tidak ada balasan.

Dokter datang dan mengkonfirmasi ayah sudah wafat.

 

11 RAMADHAN 2011. Tepat 1 dekade lalu. Hari pertama mengenakan hijab dan hari terakhir melihat ayah.

Monday, March 30, 2020

Rekomendasi Film

Disclaimer :
- Tulisan ini bukan untuk meriview isi film, hanya bermaksud me-list film-film ciamik yang sayang untuk dilewatkan. 
- Akan banyak ditemui list film India (walaupun ada adegan menari & menyanyi, tapi masih sangat bisa ditoleransi dan tidak mengurangi esensi filmnya kok), jangan underestimate dulu ya. 
Score disini murni penilaian dan preferensi pribadi. Lebih validnya silahkeun cek ratingnya di IMDB.

Drama 

1       1. Hello Ghost – Korea 2010  (9,5/10)
Walaupun judulnya Hello Ghost, tapi  ini bukan film hantu dan gak seram sama sekali. Pasti banyak dari readers yang sudah nonton kan? Kalau belum, buruan streaming film ini!!
Lebih dari setengah film akan dipenuhi tawa. Beberapa menit sebelum filmnya berakhir, emosi penonton langsung berubah 180 derajat. Pasti ambyar sih kalo nonton ini!
Selalu suka sama filmnya Cha Tae Hyun, kalo lawak ekspresinya beneran bikin ketawa, kalo sedih, beneran sampe berlinang-linang nontonnya.
Bisa streaming di link ini https://www.youtube.com/watch?v=0BPhrW2gk3s (selama videonya belum di take down)
Selamat menangis  dengan penuh khitmad 😊

2       2. Life of Pi – 2012 (9/10)
Awalnya nonton karna rekomendasi temen yang bilang ‘pasti lu suka deh, soalnya scenenya di laut terus’. Filmnya lumayan panjang lebih dari 2 jam. Sampai ¾ film masih berfikir kalau film ini menceritakan kisah selamatnya manusia dan harimau yang hidup di laut bersama, udah siap-siap kecewa.
Tiba-tiba sebelum filmnya abis, ada 1 scene yang harus diulang karna belum nangkep maksud filmnya. Ternyata cerita sepanjang itu dibuat untuk membuat penonton memikirkan 1 kalimat pada scene tersebut (paling tidak, itu yang saya tangkap).
Jenuis banget asli.

3       3. Along With The God – Korea (8,5/10)
Along with The God ini dibuat sekual. Saya sih lebih menyukai filmya yang pertama karna berasa lebih relate aja somehow. Menceritakan proses reinkarnasi yang panjanggg banget tahapannya.  Dibagi dalam beberapa scene utama dimana pemeran utama bertemu beberapa dewa. Setiap pergantian scene dalam film, saya dan kakak saya (karna nontonnya sama dia) berpikir ‘ih kalau kita ditanya pertanyaan itu dan ada diposisi itu gimana ya..’.
Film ini lumayan banyak memberikan self reflection  yang sayang untuk dilewatkan. Mantap!

           4. Surau dan Silek - 2017 (8,3/10)
      Alur cerita film ini bisa dibilang mendekati karate kid. Namun, bagi saya film ini cukup personal karena mengambil latar di Sumatera Barat dan menggunakan bahasa minang. Setelah menonton, rasanya jadi mau pulang kampung 😆 Sesuai judulnya, film ini membahas mengenai keterkaitan surau (mushola) dan silat. Maksud Mushola disini bukan merepresentasikan tempatnya, tetapi lebih kepada  simbol agama. Film ini banyak sekali menyelipkan pesan moral tentang persahabatan, kebudayaan, keluarga, dan agama. Ada satu line favorit saya, 'Lahir silek mencari kawan, Batin silek mencari Tuhan.'
      Its nice to watch with the whole family, mulai dari remaja sampai orang tua saya rasa bisa menikmati film ini. 
 

      5. Teacher’s Diary – Thailand (8/10)
      Menceritakan kisah guru  yang mengajar di daerah terluar. Sepertinya, film Thailand suka sekali menyampaikan cerita sedih dengan cara yang fun jadi sedihnya makin getir, duh! Bingung mau ketawa atau nangis ya.
      Bagi yang suka tipe film seperti laskar pelangi, alangkah lucunya negeri ini, dan film setipe, hampir pasti akan sangat menikmati film ini!

            6. Dangal  India  2016 (8/10)
Bagi yang sudah menonton P.K atau 3 Idiot, pasti sudah familiar dengan wajah pemain utama di film ini. Film yang dibintangi Aamir Khan ini sebetulnya lebih tepat dikategorikan dalam Biopic atau Biografi yang menceritakan perjuangan atlet gulat India dan keluarganya. Biasanya dalam filmnya, Aamir Khan bukan hanya berperan sebagai artist, tapi juga sebagai tangan dingin dibalik layar, itulah mengapa Aamir khan bagi saya adalah sebuah tolak ukur sebelum memutuskan menonton filmnya atau tidak.
Kalau doi udah main, berarti filmnya kemungkinan besar bukan kaleng-kaleng.

       7. Bad Genius – Thailand 2017 (8/10)
      Perasaan pas nonton ini DEG DEG-AN banget! Saking pinternya sampe bikin saya mikir 'gileee anak SMA bisa kepikiran cara kaya gini'. Sesuai judulnya, film ini menceritakan tentang beberapa anak jenius yang memanfaatkan kejeniusannya dengan cara yang tidak baik, tapi jenius banget asli! Sebetulnya inti ceritanya sederhana, yaitu bagaimana melakukan cheating dengan cantik. Sangat fun, dan tidak ada love story unyu-unyu nya, mantap!

       
       8. The Green Mile  - 1999 (8/10)
      Cerita tentang seorang pria yang secara fisik  sangat mengintimidasi (berkulit hitam dan bertubuh besar) yang harus menerima hukuman atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Film lama, yang sangat menyentuh dan tak terduga dengan sedikit unsur magic. Kalau ada yang nonton ini dengan penuh penghayatan tapi tidak meneteskan air mata, saya gak paham sih hatinya sekuat apa...


Thriller / Plot Twist

1     1. Ratsasan – India 2018 (9,5/10)
Menceritakan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang psikopat. Scene pertama langsung dibuka dengan pembantaian sadis. Ketika menonton film ini, deg-degannya dari awal sampai akhir film gila banget. Ceritanya bagus, alurnya bagus, akting pemainnya bagus, adegan nyanyinya juga sama sekali gak mengganggu. Saranku, jangan membaca sinopsis atau trailer yang sifatnya spoiler, karena nanti akan berkurang feelnya. Trust me, film ini sangat worth to watch dan mindblowing.

2       2. Kahaani – India 2012 (8/10)
Cerita tentang seorang ibu hamil mencari suaminya yang hilang. Hmm seperempat film pertama mungkin agak boring karena nebak-nebak film ini arahnya kemana ya, tapi setengah film terakhir BOOM mantap!

3       3. Modus Anomali – Indonesia2012 (7,5/10)
Film yang disutradarai Joko Anwar bisa dibilang 'sakit' in a good way. Banyak sekali darah bertebaran 😐 pertama nonton film ini ketika jaman masih kuliah. Setelah nonton ini jadi parno tiap mau buka pintu atau lemari….

Sebetulnya saya tidak terlalu suka genre film yang scary jump, tetapi film lokal ini cukup ciamik dengan menyuguhkan ending yang sulit ditebak.
Rio Dewanto sadis banget mainin ekspresinya. Salut!


Romantic Comedy

   1. Hello Stranger – Thailand (9/10) 
Salah satu film bergenre romantic comedy bestuan GTH. Nama GTH sendiri bagi saya ibarat sebuah jaminan kalau filmnya gak akan mengecewakan yang ternyata benar! Dari beberapa film keluaran rumah produksi ini, Hello Stranger jadi film RomCom favorit saya sampai ditonton berkali-kali. Bukan hanya menawarkan comedy, pada akhir film emosi penonton akan dibawa naik turun seperti roller coster dengan ending yang masih menggantung sebetulnya happy ending / sad ending.

2. Speed Scandal - Korea 2008 (8,2/10)
Film lama yang dibintangi Cha Tae Hyun. Saya pikir hanya murni comedy, tapi tentu saja kalau filmnya Cha Tae Hyun hampir pasti emosi penontonnya dipermainkan. Nonton aja lah udah, BAGOS! Plus anak kecilnya gemes banget!

       3.  I Fine Thank You – Thailand 2014 (8/10)
3    Satu lagi film bergenre RomCom besutan  GTH dengan pemain yang udah langganan muncul di film-filmya. Walaupun RomCom, film ini lebih banyak lawaknya sih daripada romanticnya, mi lav! Film disampaikan dengan cara yang sangat menghibur, ditambah pemain pendukung yang agak kurang waras membuat film ini mampu menaikkan mood dengan cepat.


Itulah beberapa film terbaik di genrenya menurut saya.
Lebih banyak film Asia karena IMO film Asia memang lebih menekankan pada alur cerita dan memanfaatkan emosi penonton. Sementara film Hollywood cenderung lebih mengutamakan action dan kualitas gambar.

Selamat menonton film berkualitas ☺

Wednesday, February 26, 2020

Traveling & Tra(feel)ing

Bisa dibilang traveling makin mengakar sebagai gaya hidup pada anak muda sejak film 5 cm dirilis. Ditambah mudahnya informasi yang kita dapatkan dari internet membuat tempat yang jauh sekalipun rasanya mungkin disambangi. Bagi saya, traveling sebetulnya adalah bentuk award ke diri sendiri, daripada membeli barang, saya lebih memilih mengalokasikan waktu dan dana untuk kegiatan ini. Lalu apa yang di dapat dari kegiatan ini? Setiap orang pasti punya output yang berbeda. Kalau saya merasa jadi bisa lebih menghargai keberagaman dan perbedaan.

Sebelum saya lupa, ada beberapa poin yang ingin saya tulis dari perjalanan kemarin ke benua biru. Informasi menganai what to see dan what to do mungkin sudah banyak ditulis, jadi kali ini yang akan saya tulis adalah ‘what did I get from this trip’. Ini sifatnya sangat personal, tapi karna ini blog, jadi its ok lah ya.

1.      Eropa Sangat Terkonsep Sejak Awal
Sudah menjadi rahasia umum, beberapa negara di Eropa barat memiliki arsitektur dan tata letak bangunan yang serupa. Jika menelisik ke belakang, negara ini pada awalnya adalah kerajaan-kerajaan yang masih memiliki ikatan kekeluargaan. Menurut guide lokal di praha, cara kerajaan meluaskan daerah kekuasaan dan memperkuat kekuasaannya adalah dengan menikahkan keluarga mereka dengan anggota keluarga kerajaan lain. Jadi no wonder kalau beberapa negara di Eropa barat memiliki banyak kemiripan.
Saya yang sangat awam soal tata ruang kota, melihat, Belanda, Austria, Praha sangat terkonsep sejak awal. Mulai dari sistem pengairan, transportasi, bangunan yang sudah berusia ratusan tahun, tata letak (dimana tempat perbelanjaan, dimana tempat bersejarah, dimana pusat pemerintahan) semuanya tertata dengan rapi.

2. Bukan sekadar ‘kemana’ tujuannya, tetapi ‘apa tujuannya’ bisa jadi lebih penting untuk dipikirkan.
Sebelum berangkat saya berpikir, wah seru banget nih Eropa cuy, yang selama ini hanya baca di buku atau nonton di film, sekarang bisa liat dengan mata kepala sendiri. Beberapa hari di awal kedatangan, sangat exited rasanya. Beberapa hari setelahnya saya mulai merasa ‘Oke bagus bangunannya’ atau ‘oh ini toh kastil jaman perang’… ‘trus?..apa?’. (Biasanya saya tidak secepat itu bosan dalam trip, mungkin karena memang kurang interest juga pada city tour, saya baru merasakan senang yang sampai membuat sesak dan mata berkaca kaca saat sampai di Hallstatt.)
 Bukannya saya tidak bersyukur, hanya saja saya merasa bahwa dalam perjalanan ini bisa jadi bukan tujuannya yang penting, tapi apa yang dapat disana, pengalaman apa, dan dengan siapa.
Seorang teman bilang, banyak orang yang mencari kebahagiaan di suatu tempat, tapi tidak ia temukan dimanapun. Karena kebahagiaan itu dibentuk, bukan dicari. Mungkin bisa dibilang bagaimana kita memaknai hal tersebut, itu yang akan membuat bahagia atau tidak.

Hallstatt yang terlihat magical bak negeri dongeng


3.      Makanan
         Dessert di Eropa enak enak loh rasanyaa, tapi untuk makanan utama cenderung hambar. Apalagi saya kelupaan membawa saus & boncabe. Setiap makan saya malah makin bersyukur di Jakarta bisa merasakan makanan yang rasanya beragam. Makanan yang paling sering saya beli selama di Eropa adalah kebab. Suatu hari di Praha, sebuah toko doner kebab menjual kebab ayam yang enak bangettt. Plus, di toko kebab itu juga menjual pizza. Jadilah saya yang kelaparan memesan lagi 1 slice pizza dengan potongan daging yang terlihat menggiurkan. Ketika saya menunjuk pizza itu kepada si mbaknya, saya iseng memastikan ‘That one please. It is beef  isn’t it?’ mbaknya menjawab ‘we don’t have beef. Its pork. If you’re vegetarian you can eat the mushroom one’. JENG JENGG. Padahal karna toko kebab, saya pikir semuanya auto halal atau kosher lah minimal. Lalu saya pikir lagi, kenapa mbaknya mikir kalau saya vegan ya, saya aja nanyain beef. Mungkin itu cara halusnya memberitahu saya, mungkin.
           Dari pengalaman itu, hal kedua yang membuat saya bersyukur adalah, kalau di Jakarta tidak perlu was was setiap mau makan. Kalau diperjalanan ini, saya harus lihat-lihat dulu, cari tau dulu di internet ‘poulet’ (re: ayam) artinya apa sebelum membeli roti. Keberadaan mayoritas muslim di Jakarta membuat makanan halal sangat mudah didapat. Tinggal pilih, mau nasi padang, sate padang, atau soto padang 😁
Benar memang yang Buya Hamka pernah bilang ‘Pada dasarnya, manusia rindu akan sesuatu sebelum ada padanya.  Sementara bila telah ada, hilanglah kerinduannya.’

Love you makanan Indonesah.

4.      Toilet dan air
             Mungkin ini sepele banget, tapi air di toilet buat saya amat amat sangat krusial. Rasanya gak bersih aja kalau toilet gak pakai air. Waktu saya mendatangi sebuah mall di Jakarta Barat yang toiletnya hanya menyediakan tissue, saya lebih memilih menahan sampai rumah saja untuk menggunakan toilet.
      Kalau di Eropa, kan gak mungkin saya menahan… Disini airnya hanya ada di wastafel, bukan di toilet. Jadi bisa dibayangkan sendiri ya... Pada momen ini lagi-lagi saya bersyukur toilet di Jakarta punya air yang berlimpah ruah.
      Dannn, kebanyakan toilet itu berbayar, bahkan di dalam stasiuan dan mall. Pusing gak tuh sekali ke toilet bisa 16 ribu-an (harus sediain uang koin ya kalau ada rencana mau ke Yurop).


Tarif toilet di salah satu stasiun Belanda

      Inilah beberapa alasan yang membuat saya lebih suka melakukan perjalanan dengan mengatur secara mandiri dan dengan orang yang sedikit. Karena hal-hal seperti ini mungkin akan sulit didapatkan jika berada di dalam kelompok besar. 
Tidak bisa ke pasar, tidak bisa merasakan transportasi lokal, tidak ‘kesasar’, tidak bisa duduk-duduk di common room di hostel, dan kesempatan ‘ngobrol’ dengan orang random akan semakin sulit didapatkan. Kalau dalam kelompok besar, hampir pasti kecenderungan kita hanya mengobrold dengan teman seperjalanan kita saja.
Saya sendiri mendapat 1 kesempatan ngobrol yang berkesan dengan seorang bapak dari Austria yang saya temui di kereta. Saya saja bingung, kok bisa nih bapak ngajak ngobrol topiknya random sekali. Mulai dari peliharaannya, pendidikan di Indo, pengalamannya diving di Papua, sampai topik tentang have faith ke Tuhan. We talk less than 2 hours loh Pak, berat amat obrolannya...Tapi saya seneng sih obrolannya bukan yang sekadar basa basi 😊
Setelah turun kereta ini, saya melanjutkan perjalanan dengan kereta yang lain. Ketika saya sudah hampir naik kereta yang baru datang, si bapake yang tadi sudah jalan duluan, berbalik arah dan berlari ke arah saya dengan anjingnya sambil teriak kalau saya salah naik kereta. Yaampunnn baiknya sampe lari-lari gitu.


Bapak2 Gaul + Doggynya yang ketemu di kereta

Bagi saya, perjalanan bukan hanya tentang mendatangi main sight di sebuah tempat, tapi lebih kepada feel yang didapat. Duh gimana ya bilangnya...
Karna perjalanan semacam ini penuh ketidakpastiaan, maka paling tidak kita akan mendapatkan perasaan bingung mau makan apa, bingung mau ke tempat yang mana, takut kesasar, takut ketemu orang jahat, takut gak bisa pulang dan perasaan-perasaan lainnya yang menurut saya itulah yang membuat perjalanan lebih terasa hidup.
Tetapi, tentu saja bagi yang gak mau repot, melakukan perjalanan dengan travel agent akan memberikan banyak fasilitas yang memudahkan. 
Semua kembali lagi kepada preferensi masing-masing.

Jadi, kalau kalian jalan-jalan untuk apa?

Sunday, January 26, 2020

Menghitung Pahala


Menghitung pahala? Loh kok dihitung. Sejak kecil kan kita diajarkan untuk tidak mengingat-ingat kebaikan yang sudah diperbuat. Biarkan malaikat yang mencatat katanya.

Ya itu betul.

Tapi, seringkali kita terperdaya dan merasa percaya diri sekali, ‘saya sudah solat, sudah puasa, sudah beramal, yaa udah lumayan lah daripada orang yang gak solat’. Waittt,  untuk masalah agama, bandingkan dengan orang yang standarnya ada di atas kita. Untuk masalah dunia, bandingkan dengan orang yang tidak seberuntung kita. Jangan dibalik!

Ketika kita berada pada tahap merasa ‘cukup’ dengan amalan selama ini, coba yuk iseng-iseng buat perhitungan kasarnya (sebelum nanti dilakukan perhitungan sesungguhnya).
  1. Coba buat daftar kebaikan kita selama ini (solat, puasa, beramal, dzikir, umroh, dll yang bisa diingat). Sudah?
  2. Kemudian buat daftar nikmat yang sudah didapat (termasuk nikmat iman, kesehatan, ilmu, rezeki, dll). FYI, nikmat penglihatan itu lebih berat timbangannya daripada ibadah selama 500 tahun (HR. Al-Hakim, 4/250). Baik, masih bisa menyelesaikan daftarnya? Lanjut
  3. Lalu  dikurangi dosa dosa yang selama ini kita perbuat.

Jika boleh jujur, jawaban apa yang kita dapat?
Silahkan dijawab dalam hati masing-masing.


Buat saya sendiri, kalau hanya mengandalkan pahala, rasanya jauhhhhh dari cukup untuk bisa ‘mendapat tiket' masuk surga. Mau datang ke tempat yang super duper bagus kok usahanya standar banget, mimpi kali! 
Pahala dari ibadah 500 tahun pun belum bisa menandingi nikmat penglihatan yang sudah diberikan. Itu baru mata, belum ditambah organ lainnya. 
Lalu bagaimana?

Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, Ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga." "Engkau juga tidak wahai Rasulullah?" tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, "Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah." (HR. Muslim)1

Saya juga mendengar kisah serupa yang menceritakan bahwa penyebab masuk surga bukanlah karena banyaknya pahala, melainkan karna Rahmat & Ridho Allah2. Ya itu tadi, karna jika dihitung-hitung, pahala kita tidak akan cukup jika dibandingkan dengan nikmat yang sudah diberikan.

'Duh susah ya, banyak pahala aja belum tentu masuk surga, yaudah lah nikmatin hidup aja, You Only Live Once.'

Ya memang susah, yang dituju kan tempat yang super duper sangat bagus. Mau liat Aurora Borealis di Kutub aja susah, apalagi surga.
(Hahaha gampang banget nulisnya, praktiknya sih sering khilaf)

Perlu diingat bahwa Amal shalih & Rahmat Allah tak ayalnya sebuah kesatuan. Pada dasarnya, rahmat Allah lah yang memudahkan kita melakukan amal shalih. Sementara pahala adalah imbalannya. Jangan mengira bahwa kita melakukan amal shalih karena kita mampu atau karena kita berilmu. Berapa banyak orang yang mampu dan punya ilmu, tetapi tidak digerakkan hatinya untuk beramal shalih?

Ibarat di sebuah perlombaan marathon, ditambah dengan kondisi iman yang turun naik, meletakkan diri diantara orang-orang yang terbiasa berbuat baik juga bisa membantu agar kita selalu istiqomah/konsisten.

Karena sejatinya kita tidak tahu, amalan mana yang membuat Allah ridho terhadap kita. 


Wallahuallam.




P.S : Kenapa saya membuat tulisan ini? Sejujurnya saya termasuk orang yang cukup memperhitungkan amal. Kecenderungan lebih memilih shalat berjamaah karena tawaran pahala 27 kali lipat. Bersedekah karena dijanjikan pahala yang dilipatgandakan 700 kali. Atau melakukan sholat tertentu karena dijanjikan kemudahan-kemudahan. Saya baru sadar kalau semuanya saya lakukan untuk 'keuntungan saya'. Supaya mudah hidupnya, supaya banyak pahalanya, supaya lancar rezekinya. Sifatnya sangat transaksional.
Ridho Allah? Masih abstrak buat saya.

Lantas, apakah mengharapkan pahala ini salah? Ya tidak, karna memang Allah paham betul manusia perlu diiming-imingi. Allah pun memang mengajarkan 'berdagang' dengan-Nya.
Hanya saja rasanya saya terlalu banyak beribadah karena 'iming-iming'.


P.S.S : Tulisan ini dibuat bukan karena saya merasa sudah 'baik', melainkan sebagai pengingat untuk diri sendiri. Diposting di dalam blog supaya saya dengan mudah mengkases. Jika ada kekeliruan atau pemikiran yang tidak berkenan, silahkan ditinggalkan dan diambil yang baiknya saja :-)


2. Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, 99 Kisah Orang Shalih, (Jakarta: Darul Haq, 2017), hal 80

Sunday, December 1, 2019

Persiapan Traveling ke Eropa versi Low Budget


Assalamualaikum readers,
Sebagai insan(e) yang suka banget jalan-jalan, dari jaman SMP aku selalu membiasakan untuk punya pos sendiri untuk jalan-jalan. Keluargaku bukan tipe yang suka mengagendakan jalan-jalan keluarga, jadi kalau mau jalan-jalan harus usaha sendiri haha.

Awal tahun 2019 aku lagi sering-seringnya buka webnya indo backpacker untuk nyari temen jalan ke Sumba/Jepang/Turki. Karna dari tahun 2018 sudah puasa jalan-jalan selama setahun (duh berat banget euy rasanya), ku pikir “‘oke, ini waktunya kasih reward ke diri sendiri karna berhasil ‘survive’ dari badai ditahun 2018”. Semakin aku cari, semakin gak ketemu yang pas (itinerary & budgetnya of course haha).  Dilanjutkan keisengan baca-baca blog traveler, sampailah aku ke web https://travelmore.co.id/.

Travelmore ini sangat detail menginfokan tips & trick untuk para pejalan.  Hingga diakhir kontennya, ada info untuk join grup whatsappnya. Awalnya aku pikir grup ini akan sebelas dua belas dengan Blog Indo Backpacker yang isinya ajakan jalan bareng atau open trip. Okee, join aja siapa tau ada yang cocok, toh kalau grupnya gak sesuai ekspektasi bisa left. Setelah join di grup WA itu, WOW. Isinya ternyata bukan ajakan jalan-jalan, tapi info-info update promo. Sebagai Promo Hunter, Aku bagaikan menemukan sahara ditengah gurun pasir. Sering banget ada info tiket pesawat yang murahnya gak ketulungan.

Muncullah promo yang ditunggu-tunggu dari Tiket.com (tau info updatenya dari grup WA Travelmore). Waktu itu promo paling merakjat yang ditawarkan adalah tiket ke Jakarta – Jepang PP kurang dari 3 jt-an  dan Jakarta – Amsterdam PP (full service Emirates & Etihad) harganya 5 Juta. Langsung gercep ajakin temen sana-sini, yang ternyata susah susah gampang.  Dan e do do e…..kucari jauh-jauh, ternyata temen kantor yang duduknya sebelahku pas random diajak ‘Mbak, tiket ke Amsterdam promo jadi 5 an nih, mau gak?’. Aku udah mempersiapkan diri dengan jawaban template ‘mmm gue kabarin ya ntar' atau 'mm liat ntar ya..’, Eh ternyata si mbak jawab dengan santainya ‘Yuk’.
Hah, udah nih, gitu doang? Ga perlu kasih penjelasan mau kemana, nginep dimana, visa gimana dan penjelasan lainnya? langsung Yuk aja nih?

MANTAPP!

Langsung cari tanggal bagus (a.k.a udah gajian), akhirnya memberanikan diri beli aja dulu tiketnya.

P.S : Pas beli tiket belum izin mau cuti, belum tau mau kemana aja, belum tau apa aja yang mesti diurus. Sing penting dapet dulu tiketnya pikir kami. Tiket udah kebeli, next stepnya adalah menentukan :

Mau kemana kita?
Karna kami berdua belum pernah ke Yurop, jadi kemana aja okelah. Partner jalanku ini tipe yang suka kota, aku tipe yang suka alam. Jadi kami masukkan unsur keduanya dalam trip ini. Setelah berulang kali corat coret peta Eropa yang kami print, akhirnya kami menentukan tujuan Fix, yaitu  :
Amsterdam – Praha  – Austria – Italia – Paris – Amsterdam.
Tadinya sempet gonjang ganjing mau masukin swiss ke dalam daftar, tapi karna waktunya yang sebentar (dan budget tentunya), swiss terpaksa dicoret dari list L.
Masih jadi wishlist semoga ada waktu, rejeki, dan partner buat kesini. Aamiin J

Sip tujuan sudah ditentukan, selanjutnya adalah cari akomodasi dan local transport.
Untuk Negara-negara yang jarak tempuhnya masih 5-7 jam, kami memutuskan pakai kereta/bus malam (mana yang lebih affordable aja). Sementara untuk pindah ke Negara yang jarak tempuhnya sampai belasan jam, kami memutuskan pakai pesawat untuk mempersingkat waktu.
Pesawat di Eropa banyak kali yang murah, kalau…….kamu hanya bawa barang yang bisa dimasukkan ke dalam bagasi. Ryan Air, Easyjet itu teman setia traveler low budget haha. Sempe nemu flight Venice - Paris cuma 300rb an pakai Ryan air (tepat 2 hari setelah beli tiket yang gak promo) T_T

Okesip cekidot budget basic yang dikeluarin untuk trip ini

Flight CKG-AMS-CGK(Disc 50%)
5,023,800
Flight Amsterdam - Prague (+bagasi 23kg)
902,438
Travel Insurance ACA
393,312
Visa Schengen + fee
1,170,000
Hotel AMS (2 malam)
1,013,333
Hostel Prague (2 malam)
227,483
Train Prague – Vienna
222,702
Hotel Vienna (1 malam)
414,600
Train Vienna - Salzburg
301250
Hotel Salzburg (YOHO) (3 malam)
1,361,333
Train Salzburg - Venice
681,510
Hotel Venice (3 malam)
947000
Flight Venice – Paris (Air France)
1,594,500
Hotel Paris (Malakoff) (2 malam)
765,705
Flixbus Paris - Amsterdam
542,100
Simcard 12GB (15 hari)- beli di Tokped
400,000
Tiket Disneyland Paris (Disc 40%) - beli di Traveloka
420,000
Total
16,003,066

Untuk transport dan hotel selama 15 hari habis sekitar 16jtan. Budget segini bisa dibilang low budget, walaupun sebenarnya untuk beberapa penginapan aku termasuk dapat yang lumayan karna gak mau sharing sama traveler lain di hostel J . Budget ini bisa lebih ditekan kalau staynya di hostel (bunk bed) atau coachsurfing yang gretongan. 
P. S : Angka  ini belum termasuk lokal transport & biaya tiket museum. Kalau mau irit sih foto-foto aja di depan museumnya, jadi gak perlu masuk ke semua museumnya.

Detail  kunjungan di setiap negaranya, InsyaAllah next akan ditulis yaa. 
See YouJ

Friday, October 11, 2019

Anti Pusing Membuat Visa Schengen

Hi readers, udah sering denger dong tentang visa Schengen? Visa ‘sakti’ ini mengcover 26 negara di Eropa. Jadi, kalian cukup 1 visa aja untuk mengunjungi banyak negara di Eropa. Banyak tulisan lain yang sudah membahas bagaimana sih cara membuat visa. Banyak juga travel agent yang menyediakan jasa pengurusan visa (ada biaya tambahan pastinya).Kalau aku pribadi, lebih suka mengurus keperluan traveling secara mandiri, karna persiapan itu bagian dari pengalaman traveling juga.  Hmm bisa dibilang tujuan jalan-jalan itu bukan sekadar ngedatengin tempat ini itu dan foto lalu sudahlah, tapi lebih ke pematangan diri, ketemu hal baru dengan orang.
Ok lets go kita bahas ya.

Tipe Visa Schengen
Single Entry : Hanya berlaku untuk 1 kali masuk ke negara Schengen. Misal kamu dari Indonesia – belanda – jerman – prague – swiss – belanda – Indonesia. Ini cukup visa single entry. Karna selama perjalanan, kamu tidak keluar dari Schengen area.
Double Entry : Berlaku untuk 2X masuk ke negara Schengen. Misalnya kamu ke Inggris (non Schengen), lanjut belanda (Schengen), lanjut lagi ke skotlandia (non Schengen), kemudian ke jerman (Schengen),
Multi Entry : Berlaku untuk masuk ke Schengen berkali-kali. Misalnya kamu ke Inggris (non Schengen), lanjut belanda (Schengen), lanjut lagi ke skotlandia (non Schengen), kemudian ke jerman (Schengen), kemudian ke jepang (non schngen), dan ke swiss (Schengen). Kamu bisa mengajukan multiple entry (siapa tau ada kesempatan lagi ke eropa, biar ga ribet lagi urus visa), tapi kalau dari itinerary kamu sebetulnya kamu cukup pakai single entry, itu wewenang kedutaan apakah akan ngasih single atau multiple entry.

Dimana Mengurus Visa?
Mengurus visa Schengen saat ini tidak lagi dilakukan ke kedutaan, melainkan melalui VFS (kuningan city). Aplikasi visa kalian ditujukan ke negara yang paling lama durasikunjungannya. Hal ini dibuktikan dengan bookingan hotel (dihitung malamnya ya, bukan harinya). Jadi kalau kalian kalian stay di Austria tanggal 4 malam dan di Belanda 3 malam, kalian HARUS apply ke Austria, walaupun tiket kalian Belanda – indo – Belanda. Negara mana yang paling mudah meloloskan aplikasi kita? Jawabannya, tidak ada yang tahu! Hahaha. Tapi yang jelas, hanya belanda yang menyebutkan nominal biaya hidup perhari minimal (32 Euro), sementara negara lain tidak menyediakan informasi tersebut. Jadi kalau kamu menghabiskan 10 hari, minimal tabungan mu 320 Euro. Tapi amannya kalau aku dikalikan 2-3. Gak mungkin kan bawa uang ngepas untuk jalan-jalan. Gak mungkin juga abis jalan-jalan, tabungan kita saldonya 0.

Kelengkapan Dokumen
Form Aplikasi Visa yang sudah diisi& kamu tandatangani
1. FC KTP(tidak perlu dipotong - ukuran A4) (1 rangkap)
2. KTP dalam bahas inggris (Translate KTP ke dalam Bahasa inggris bisa dilakukan sendiri, templatenya sudah banyak bertebaran di gugel)
3. FC paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan kedepan. Halaman muka, halaman 4&5, serta halaman terakhir yang sudah kamu tanda tangani (masing-masing 2 rangkap)
4. FC paspor sebelumnya (jika ada) serta halaman yang ada cap/visa dari negara-negara yang pernah kamu kunjungi (1 rangkap)
5. Fotokopi Tiket Pesawat PP (Indo – Eropa – Indo). Kamu ga perlu beli langsung, bisa pakai dummie tiketnya saja. Kalau aku memang pakai tiket yang sudah issued, karna dapat tiket promo.
5. Bukti bookingan akomodasi (cukup booking di agoda atau booking.com yang free cancellation)
6. Itinerary lengkap kamu selama di Eropa (gak perlu yang fix, yang penting jelas tiap harinya kamu mau kemana)
7.FC Polis Travel Insurance
8. Rekening koran 3 bulan terakhir dari bank
9. Surat keterangan dari kantor bahwa kamu memang pegawai disana & kamu akan kembali lagi ke Indonesia setelah trip selesai
10. 1 lembar pas foto ukuran 3,5 x 4,5 (standar Schengen)
11. Paspor Asli Total biaya : Visa 60 euro (biaya visa) + 25 euro (biaya jasa VFS).

Waktu itu yang aku keluarkan sebesar Rp 1.170.000 (Visa) & Rp 396.000 (Insurance ACA) yang dibeli melalui Futuready. Biasanya Futuready suka ngasih voucher diskon, silahkan browsing-browing dulu :-) .
Pas Foto Rp 35.000 (aku foto di studio matahari Mayestik) Waktu proses aplikasi 15 hari, tapi 3 hari setelah pengajuan aplikasi dikabari by email bahwa proses pengajuan sudah selesai dan paspor bisa diambil.



Pengambilan Paspor
Bisa dilakukan jam 2-4 sore pada hari kerja. Sebenarnya ada juga opsi dikirimkan lewat pos, tapi waktu pengajuan, aku memilih untuk mengambil sendiri ketika proses sudah selesai. Tenang aja, kalau proses sudah selesai, pihak VFS akan menginfokan via email kok












 Tips :
- Pastikan rekening tabungan 3 bulan terakhir stabil. Tidak ada pemasukan yang tiba-tiba membuat nominal melonjak drastis
- Jangan memanipulasi data kamu.
- Ketika datang ke VFS, pastikan kamu membawa uang cash. Waktu aku datang ke VFS, mereka hanya menerima pembayaran cash (September 2019).
- Untuk travel insurance, saran ku gunakan yang sudah familiar digunakan untuk aplikasi visa, seperti ACA, AXA, Zurich. Untuk 15 hari perjalanan, ACA mencharge sekitar 400rb-an. Sementara AXA punya penawaran basic Schengen yang hanya mencharge tidak sampai 200rb (hanya mencover kecelakaan, bukan keterlambatan flight – tapi, jika tujuanmu hanya untuk sekedar melengkapi persyaratan visa, AXA ini sudah cukup). Kerennya lagi, AXA punya paket untuk group traveller, jadi kalau kamu pergi dengan teman atau keluarga (yang jadwalnya sama), kamu bisa pakai paket dari AXA ini, harganya sangat merakyat.
Kalau aku memilih ACA karna mengcover keterlambatan serta kehilangan bagasi & dokumen berharga. Karna dulu pernah ada drama pengalaman teman kehilangan koper di Malaysia, padahal kami harus stay 1 bulan di KL, jadi aku lumayan worry sama koper. Pilhannya dikembalikan ke preferensi masing-masing.


 Selamat jalan-jalan 😊