Monday, March 30, 2020

Rekomendasi Film

Disclaimer :
- Tulisan ini bukan untuk meriview isi film, hanya bermaksud me-list film-film ciamik yang sayang untuk dilewatkan. 
- Akan banyak ditemui list film India (walaupun ada adegan menari & menyanyi, tapi masih sangat bisa ditoleransi dan tidak mengurangi esensi filmnya kok), jangan underestimate dulu ya. 
Score disini murni penilaian dan preferensi pribadi. Lebih validnya silahkeun cek ratingnya di IMDB.

Drama 

1       1. Hello Ghost – Korea 2010  (9,5/10)
Walaupun judulnya Hello Ghost, tapi  ini bukan film hantu dan gak seram sama sekali. Pasti banyak dari readers yang sudah nonton kan? Kalau belum, buruan streaming film ini!!
Lebih dari setengah film akan dipenuhi tawa. Beberapa menit sebelum filmnya berakhir, emosi penonton langsung berubah 180 derajat. Pasti ambyar sih kalo nonton ini!
Selalu suka sama filmnya Cha Tae Hyun, kalo lawak ekspresinya beneran bikin ketawa, kalo sedih, beneran sampe berlinang-linang nontonnya.
Bisa streaming di link ini https://www.youtube.com/watch?v=0BPhrW2gk3s (selama videonya belum di take down)
Selamat menangis  dengan penuh khitmad 😊

2       2. Life of Pi – 2012 (9/10)
Awalnya nonton karna rekomendasi temen yang bilang ‘pasti lu suka deh, soalnya scenenya di laut terus’. Filmnya lumayan panjang lebih dari 2 jam. Sampai ¾ film masih berfikir kalau film ini menceritakan kisah selamatnya manusia dan harimau yang hidup di laut bersama, udah siap-siap kecewa.
Tiba-tiba sebelum filmnya abis, ada 1 scene yang harus diulang karna belum nangkep maksud filmnya. Ternyata cerita sepanjang itu dibuat untuk membuat penonton memikirkan 1 kalimat pada scene tersebut (paling tidak, itu yang saya tangkap).
Jenuis banget asli.

3       3. Along With The God – Korea (8,5/10)
Along with The God ini dibuat sekual. Saya sih lebih menyukai filmya yang pertama karna berasa lebih relate aja somehow. Menceritakan proses reinkarnasi yang panjanggg banget tahapannya.  Dibagi dalam beberapa scene utama dimana pemeran utama bertemu beberapa dewa. Setiap pergantian scene dalam film, saya dan kakak saya (karna nontonnya sama dia) berpikir ‘ih kalau kita ditanya pertanyaan itu dan ada diposisi itu gimana ya..’.
Film ini lumayan banyak memberikan self reflection  yang sayang untuk dilewatkan. Mantap!

           4. Surau dan Silek - 2017 (8,3/10)
      Alur cerita film ini bisa dibilang mendekati karate kid. Namun, bagi saya film ini cukup personal karena mengambil latar di Sumatera Barat dan menggunakan bahasa minang. Setelah menonton, rasanya jadi mau pulang kampung 😆 Sesuai judulnya, film ini membahas mengenai keterkaitan surau (mushola) dan silat. Maksud Mushola disini bukan merepresentasikan tempatnya, tetapi lebih kepada  simbol agama. Film ini banyak sekali menyelipkan pesan moral tentang persahabatan, kebudayaan, keluarga, dan agama. Ada satu line favorit saya, 'Lahir silek mencari kawan, Batin silek mencari Tuhan.'
      Its nice to watch with the whole family, mulai dari remaja sampai orang tua saya rasa bisa menikmati film ini. 
 

      5. Teacher’s Diary – Thailand (8/10)
      Menceritakan kisah guru  yang mengajar di daerah terluar. Sepertinya, film Thailand suka sekali menyampaikan cerita sedih dengan cara yang fun jadi sedihnya makin getir, duh! Bingung mau ketawa atau nangis ya.
      Bagi yang suka tipe film seperti laskar pelangi, alangkah lucunya negeri ini, dan film setipe, hampir pasti akan sangat menikmati film ini!

            6. Dangal  India  2016 (8/10)
Bagi yang sudah menonton P.K atau 3 Idiot, pasti sudah familiar dengan wajah pemain utama di film ini. Film yang dibintangi Aamir Khan ini sebetulnya lebih tepat dikategorikan dalam Biopic atau Biografi yang menceritakan perjuangan atlet gulat India dan keluarganya. Biasanya dalam filmnya, Aamir Khan bukan hanya berperan sebagai artist, tapi juga sebagai tangan dingin dibalik layar, itulah mengapa Aamir khan bagi saya adalah sebuah tolak ukur sebelum memutuskan menonton filmnya atau tidak.
Kalau doi udah main, berarti filmnya kemungkinan besar bukan kaleng-kaleng.

       7. Bad Genius – Thailand 2017 (8/10)
      Perasaan pas nonton ini DEG DEG-AN banget! Saking pinternya sampe bikin saya mikir 'gileee anak SMA bisa kepikiran cara kaya gini'. Sesuai judulnya, film ini menceritakan tentang beberapa anak jenius yang memanfaatkan kejeniusannya dengan cara yang tidak baik, tapi jenius banget asli! Sebetulnya inti ceritanya sederhana, yaitu bagaimana melakukan cheating dengan cantik. Sangat fun, dan tidak ada love story unyu-unyu nya, mantap!

       
       8. The Green Mile  - 1999 (8/10)
      Cerita tentang seorang pria yang secara fisik  sangat mengintimidasi (berkulit hitam dan bertubuh besar) yang harus menerima hukuman atas kesalahan yang tidak dilakukannya. Film lama, yang sangat menyentuh dan tak terduga dengan sedikit unsur magic. Kalau ada yang nonton ini dengan penuh penghayatan tapi tidak meneteskan air mata, saya gak paham sih hatinya sekuat apa...


Thriller / Plot Twist

1     1. Ratsasan – India 2018 (9,5/10)
Menceritakan pembunuhan berantai yang dilakukan oleh seorang psikopat. Scene pertama langsung dibuka dengan pembantaian sadis. Ketika menonton film ini, deg-degannya dari awal sampai akhir film gila banget. Ceritanya bagus, alurnya bagus, akting pemainnya bagus, adegan nyanyinya juga sama sekali gak mengganggu. Saranku, jangan membaca sinopsis atau trailer yang sifatnya spoiler, karena nanti akan berkurang feelnya. Trust me, film ini sangat worth to watch dan mindblowing.

2       2. Kahaani – India 2012 (8/10)
Cerita tentang seorang ibu hamil mencari suaminya yang hilang. Hmm seperempat film pertama mungkin agak boring karena nebak-nebak film ini arahnya kemana ya, tapi setengah film terakhir BOOM mantap!

3       3. Modus Anomali – Indonesia2012 (7,5/10)
Film yang disutradarai Joko Anwar bisa dibilang 'sakit' in a good way. Banyak sekali darah bertebaran 😐 pertama nonton film ini ketika jaman masih kuliah. Setelah nonton ini jadi parno tiap mau buka pintu atau lemari….

Sebetulnya saya tidak terlalu suka genre film yang scary jump, tetapi film lokal ini cukup ciamik dengan menyuguhkan ending yang sulit ditebak.
Rio Dewanto sadis banget mainin ekspresinya. Salut!


Romantic Comedy

   1. Hello Stranger – Thailand (9/10) 
Salah satu film bergenre romantic comedy bestuan GTH. Nama GTH sendiri bagi saya ibarat sebuah jaminan kalau filmnya gak akan mengecewakan yang ternyata benar! Dari beberapa film keluaran rumah produksi ini, Hello Stranger jadi film RomCom favorit saya sampai ditonton berkali-kali. Bukan hanya menawarkan comedy, pada akhir film emosi penonton akan dibawa naik turun seperti roller coster dengan ending yang masih menggantung sebetulnya happy ending / sad ending.

2. Speed Scandal - Korea 2008 (8,2/10)
Film lama yang dibintangi Cha Tae Hyun. Saya pikir hanya murni comedy, tapi tentu saja kalau filmnya Cha Tae Hyun hampir pasti emosi penontonnya dipermainkan. Nonton aja lah udah, BAGOS! Plus anak kecilnya gemes banget!

       3.  I Fine Thank You – Thailand 2014 (8/10)
3    Satu lagi film bergenre RomCom besutan  GTH dengan pemain yang udah langganan muncul di film-filmya. Walaupun RomCom, film ini lebih banyak lawaknya sih daripada romanticnya, mi lav! Film disampaikan dengan cara yang sangat menghibur, ditambah pemain pendukung yang agak kurang waras membuat film ini mampu menaikkan mood dengan cepat.


Itulah beberapa film terbaik di genrenya menurut saya.
Lebih banyak film Asia karena IMO film Asia memang lebih menekankan pada alur cerita dan memanfaatkan emosi penonton. Sementara film Hollywood cenderung lebih mengutamakan action dan kualitas gambar.

Selamat menonton film berkualitas ☺

Wednesday, February 26, 2020

Traveling & Tra(feel)ing

Bisa dibilang traveling makin mengakar sebagai gaya hidup pada anak muda sejak film 5 cm dirilis. Ditambah mudahnya informasi yang kita dapatkan dari internet membuat tempat yang jauh sekalipun rasanya mungkin disambangi. Bagi saya, traveling sebetulnya adalah bentuk award ke diri sendiri, daripada membeli barang, saya lebih memilih mengalokasikan waktu dan dana untuk kegiatan ini. Lalu apa yang di dapat dari kegiatan ini? Setiap orang pasti punya output yang berbeda. Kalau saya merasa jadi bisa lebih menghargai keberagaman dan perbedaan.

Sebelum saya lupa, ada beberapa poin yang ingin saya tulis dari perjalanan kemarin ke benua biru. Informasi menganai what to see dan what to do mungkin sudah banyak ditulis, jadi kali ini yang akan saya tulis adalah ‘what did I get from this trip’. Ini sifatnya sangat personal, tapi karna ini blog, jadi its ok lah ya.

1.      Eropa Sangat Terkonsep Sejak Awal
Sudah menjadi rahasia umum, beberapa negara di Eropa barat memiliki arsitektur dan tata letak bangunan yang serupa. Jika menelisik ke belakang, negara ini pada awalnya adalah kerajaan-kerajaan yang masih memiliki ikatan kekeluargaan. Menurut guide lokal di praha, cara kerajaan meluaskan daerah kekuasaan dan memperkuat kekuasaannya adalah dengan menikahkan keluarga mereka dengan anggota keluarga kerajaan lain. Jadi no wonder kalau beberapa negara di Eropa barat memiliki banyak kemiripan.
Saya yang sangat awam soal tata ruang kota, melihat, Belanda, Austria, Praha sangat terkonsep sejak awal. Mulai dari sistem pengairan, transportasi, bangunan yang sudah berusia ratusan tahun, tata letak (dimana tempat perbelanjaan, dimana tempat bersejarah, dimana pusat pemerintahan) semuanya tertata dengan rapi.

2. Bukan sekadar ‘kemana’ tujuannya, tetapi ‘apa tujuannya’ bisa jadi lebih penting untuk dipikirkan.
Sebelum berangkat saya berpikir, wah seru banget nih Eropa cuy, yang selama ini hanya baca di buku atau nonton di film, sekarang bisa liat dengan mata kepala sendiri. Beberapa hari di awal kedatangan, sangat exited rasanya. Beberapa hari setelahnya saya mulai merasa ‘Oke bagus bangunannya’ atau ‘oh ini toh kastil jaman perang’… ‘trus?..apa?’. (Biasanya saya tidak secepat itu bosan dalam trip, mungkin karena memang kurang interest juga pada city tour, saya baru merasakan senang yang sampai membuat sesak dan mata berkaca kaca saat sampai di Hallstatt.)
 Bukannya saya tidak bersyukur, hanya saja saya merasa bahwa dalam perjalanan ini bisa jadi bukan tujuannya yang penting, tapi apa yang dapat disana, pengalaman apa, dan dengan siapa.
Seorang teman bilang, banyak orang yang mencari kebahagiaan di suatu tempat, tapi tidak ia temukan dimanapun. Karena kebahagiaan itu dibentuk, bukan dicari. Mungkin bisa dibilang bagaimana kita memaknai hal tersebut, itu yang akan membuat bahagia atau tidak.

Hallstatt yang terlihat magical bak negeri dongeng


3.      Makanan
         Dessert di Eropa enak enak loh rasanyaa, tapi untuk makanan utama cenderung hambar. Apalagi saya kelupaan membawa saus & boncabe. Setiap makan saya malah makin bersyukur di Jakarta bisa merasakan makanan yang rasanya beragam. Makanan yang paling sering saya beli selama di Eropa adalah kebab. Suatu hari di Praha, sebuah toko doner kebab menjual kebab ayam yang enak bangettt. Plus, di toko kebab itu juga menjual pizza. Jadilah saya yang kelaparan memesan lagi 1 slice pizza dengan potongan daging yang terlihat menggiurkan. Ketika saya menunjuk pizza itu kepada si mbaknya, saya iseng memastikan ‘That one please. It is beef  isn’t it?’ mbaknya menjawab ‘we don’t have beef. Its pork. If you’re vegetarian you can eat the mushroom one’. JENG JENGG. Padahal karna toko kebab, saya pikir semuanya auto halal atau kosher lah minimal. Lalu saya pikir lagi, kenapa mbaknya mikir kalau saya vegan ya, saya aja nanyain beef. Mungkin itu cara halusnya memberitahu saya, mungkin.
           Dari pengalaman itu, hal kedua yang membuat saya bersyukur adalah, kalau di Jakarta tidak perlu was was setiap mau makan. Kalau diperjalanan ini, saya harus lihat-lihat dulu, cari tau dulu di internet ‘poulet’ (re: ayam) artinya apa sebelum membeli roti. Keberadaan mayoritas muslim di Jakarta membuat makanan halal sangat mudah didapat. Tinggal pilih, mau nasi padang, sate padang, atau soto padang 😁
Benar memang yang Buya Hamka pernah bilang ‘Pada dasarnya, manusia rindu akan sesuatu sebelum ada padanya.  Sementara bila telah ada, hilanglah kerinduannya.’

Love you makanan Indonesah.

4.      Toilet dan air
             Mungkin ini sepele banget, tapi air di toilet buat saya amat amat sangat krusial. Rasanya gak bersih aja kalau toilet gak pakai air. Waktu saya mendatangi sebuah mall di Jakarta Barat yang toiletnya hanya menyediakan tissue, saya lebih memilih menahan sampai rumah saja untuk menggunakan toilet.
      Kalau di Eropa, kan gak mungkin saya menahan… Disini airnya hanya ada di wastafel, bukan di toilet. Jadi bisa dibayangkan sendiri ya... Pada momen ini lagi-lagi saya bersyukur toilet di Jakarta punya air yang berlimpah ruah.
      Dannn, kebanyakan toilet itu berbayar, bahkan di dalam stasiuan dan mall. Pusing gak tuh sekali ke toilet bisa 16 ribu-an (harus sediain uang koin ya kalau ada rencana mau ke Yurop).


Tarif toilet di salah satu stasiun Belanda

      Inilah beberapa alasan yang membuat saya lebih suka melakukan perjalanan dengan mengatur secara mandiri dan dengan orang yang sedikit. Karena hal-hal seperti ini mungkin akan sulit didapatkan jika berada di dalam kelompok besar. 
Tidak bisa ke pasar, tidak bisa merasakan transportasi lokal, tidak ‘kesasar’, tidak bisa duduk-duduk di common room di hostel, dan kesempatan ‘ngobrol’ dengan orang random akan semakin sulit didapatkan. Kalau dalam kelompok besar, hampir pasti kecenderungan kita hanya mengobrold dengan teman seperjalanan kita saja.
Saya sendiri mendapat 1 kesempatan ngobrol yang berkesan dengan seorang bapak dari Austria yang saya temui di kereta. Saya saja bingung, kok bisa nih bapak ngajak ngobrol topiknya random sekali. Mulai dari peliharaannya, pendidikan di Indo, pengalamannya diving di Papua, sampai topik tentang have faith ke Tuhan. We talk less than 2 hours loh Pak, berat amat obrolannya...Tapi saya seneng sih obrolannya bukan yang sekadar basa basi 😊
Setelah turun kereta ini, saya melanjutkan perjalanan dengan kereta yang lain. Ketika saya sudah hampir naik kereta yang baru datang, si bapake yang tadi sudah jalan duluan, berbalik arah dan berlari ke arah saya dengan anjingnya sambil teriak kalau saya salah naik kereta. Yaampunnn baiknya sampe lari-lari gitu.


Bapak2 Gaul + Doggynya yang ketemu di kereta

Bagi saya, perjalanan bukan hanya tentang mendatangi main sight di sebuah tempat, tapi lebih kepada feel yang didapat. Duh gimana ya bilangnya...
Karna perjalanan semacam ini penuh ketidakpastiaan, maka paling tidak kita akan mendapatkan perasaan bingung mau makan apa, bingung mau ke tempat yang mana, takut kesasar, takut ketemu orang jahat, takut gak bisa pulang dan perasaan-perasaan lainnya yang menurut saya itulah yang membuat perjalanan lebih terasa hidup.
Tetapi, tentu saja bagi yang gak mau repot, melakukan perjalanan dengan travel agent akan memberikan banyak fasilitas yang memudahkan. 
Semua kembali lagi kepada preferensi masing-masing.

Jadi, kalau kalian jalan-jalan untuk apa?

Sunday, January 26, 2020

Menghitung Pahala


Menghitung pahala? Loh kok dihitung. Sejak kecil kan kita diajarkan untuk tidak mengingat-ingat kebaikan yang sudah diperbuat. Biarkan malaikat yang mencatat katanya.

Ya itu betul.

Tapi, seringkali kita terperdaya dan merasa percaya diri sekali, ‘saya sudah solat, sudah puasa, sudah beramal, yaa udah lumayan lah daripada orang yang gak solat’. Waittt,  untuk masalah agama, bandingkan dengan orang yang standarnya ada di atas kita. Untuk masalah dunia, bandingkan dengan orang yang tidak seberuntung kita. Jangan dibalik!

Ketika kita berada pada tahap merasa ‘cukup’ dengan amalan selama ini, coba yuk iseng-iseng buat perhitungan kasarnya (sebelum nanti dilakukan perhitungan sesungguhnya).
  1. Coba buat daftar kebaikan kita selama ini (solat, puasa, beramal, dzikir, umroh, dll yang bisa diingat). Sudah?
  2. Kemudian buat daftar nikmat yang sudah didapat (termasuk nikmat iman, kesehatan, ilmu, rezeki, dll). FYI, nikmat penglihatan itu lebih berat timbangannya daripada ibadah selama 500 tahun (HR. Al-Hakim, 4/250). Baik, masih bisa menyelesaikan daftarnya? Lanjut
  3. Lalu  dikurangi dosa dosa yang selama ini kita perbuat.

Jika boleh jujur, jawaban apa yang kita dapat?
Silahkan dijawab dalam hati masing-masing.


Buat saya sendiri, kalau hanya mengandalkan pahala, rasanya jauhhhhh dari cukup untuk bisa ‘mendapat tiket' masuk surga. Mau datang ke tempat yang super duper bagus kok usahanya standar banget, mimpi kali! 
Pahala dari ibadah 500 tahun pun belum bisa menandingi nikmat penglihatan yang sudah diberikan. Itu baru mata, belum ditambah organ lainnya. 
Lalu bagaimana?

Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, Ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alahi wasallam bersabda, "Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga." "Engkau juga tidak wahai Rasulullah?" tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, "Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah." (HR. Muslim)1

Saya juga mendengar kisah serupa yang menceritakan bahwa penyebab masuk surga bukanlah karena banyaknya pahala, melainkan karna Rahmat & Ridho Allah2. Ya itu tadi, karna jika dihitung-hitung, pahala kita tidak akan cukup jika dibandingkan dengan nikmat yang sudah diberikan.

'Duh susah ya, banyak pahala aja belum tentu masuk surga, yaudah lah nikmatin hidup aja, You Only Live Once.'

Ya memang susah, yang dituju kan tempat yang super duper sangat bagus. Mau liat Aurora Borealis di Kutub aja susah, apalagi surga.
(Hahaha gampang banget nulisnya, praktiknya sih sering khilaf)

Perlu diingat bahwa Amal shalih & Rahmat Allah tak ayalnya sebuah kesatuan. Pada dasarnya, rahmat Allah lah yang memudahkan kita melakukan amal shalih. Sementara pahala adalah imbalannya. Jangan mengira bahwa kita melakukan amal shalih karena kita mampu atau karena kita berilmu. Berapa banyak orang yang mampu dan punya ilmu, tetapi tidak digerakkan hatinya untuk beramal shalih?

Ibarat di sebuah perlombaan marathon, ditambah dengan kondisi iman yang turun naik, meletakkan diri diantara orang-orang yang terbiasa berbuat baik juga bisa membantu agar kita selalu istiqomah/konsisten.

Karena sejatinya kita tidak tahu, amalan mana yang membuat Allah ridho terhadap kita. 


Wallahuallam.




P.S : Kenapa saya membuat tulisan ini? Sejujurnya saya termasuk orang yang cukup memperhitungkan amal. Kecenderungan lebih memilih shalat berjamaah karena tawaran pahala 27 kali lipat. Bersedekah karena dijanjikan pahala yang dilipatgandakan 700 kali. Atau melakukan sholat tertentu karena dijanjikan kemudahan-kemudahan. Saya baru sadar kalau semuanya saya lakukan untuk 'keuntungan saya'. Supaya mudah hidupnya, supaya banyak pahalanya, supaya lancar rezekinya. Sifatnya sangat transaksional.
Ridho Allah? Masih abstrak buat saya.

Lantas, apakah mengharapkan pahala ini salah? Ya tidak, karna memang Allah paham betul manusia perlu diiming-imingi. Allah pun memang mengajarkan 'berdagang' dengan-Nya.
Hanya saja rasanya saya terlalu banyak beribadah karena 'iming-iming'.


P.S.S : Tulisan ini dibuat bukan karena saya merasa sudah 'baik', melainkan sebagai pengingat untuk diri sendiri. Diposting di dalam blog supaya saya dengan mudah mengkases. Jika ada kekeliruan atau pemikiran yang tidak berkenan, silahkan ditinggalkan dan diambil yang baiknya saja :-)


2. Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, 99 Kisah Orang Shalih, (Jakarta: Darul Haq, 2017), hal 80